"DENGAN ILMU KITA BICARA, DENGAN TEKNOLOGI BANTU KITA UNGKAPKAN FAKTA"

Kamis, 20 Agustus 2015

Indonesia Juara ke-3 Kompetisi Hacking Dunia

Indonesia Juara ke-3 Kompetisi Hacking Dunia

Indonesia Juara ke-3 Kompetisi Hacking Dunia

Para jagoan IT Indonesia kembali unjuk gigi di event dunia. Indonesia yang diwakili oleh tim Rentjong meraih juara ke-3 dalam kompetisi hacking Capture The Flag (CTF) di Kuala Lumpur, Malaysia.
CTF merupakan bagian dari konferensi tahunan Hack In The Box (HITB). Sedangkan juara ke-1 dan ke-2 diraih oleh tim dari Vietnam. Selain tim Rentjong, Indonesia juga diwakili oleh tim Belalang Tempur.
Acara yang digelar 16 – 17 Oktober 2013 ini adalah kompetisi hacking internasional diikuti oleh 10 tim dari 7 negara: Korea, Jepang, Belanda, Singapura, Malaysia, Vietnam dan Indonesia.
Tim Rentjong sendiri diisi oleh penggiat-penggiat security Tanah Air: Rizki Wicaksono, Ammar WK dan Arif Dewantoro.
Menurut Rizki Wicaksono, kompetisi CTF menguji kemampuan peserta untuk memecahkan tantangansecurity seperti eksploitasi, reverse engineering, kriptografi, dan forensik yang dikemas dalam bentuk gameattack dan defense antar tim.
“Setiap tim (terdiri dari 3 orang) mewakili satu negara yang harus dijaga dari serangan negara lain. Tiap tim akan mendapatkan senjata, firepower atau nuke yang bisa dipakai untuk menyerang tim lain bila berhasil memecahkan tantangan yang diberikan. Tim yang memiliki skor tertinggi menjadi pemenangnya,”
HITB sendiri adalah konferensi tahunan di bidang security yang menjadi ajang berkumpulnya security researcher dan hacker dari berbagai negara untuk mempresentasikan berbagai hasil temuan dan riset terkaitcyber security.

(SUMBER)

Rabu, 19 Agustus 2015

PENYAMARAN YANG MENAKJUBKAN

PENYAMARAN YANG MENAKJUBKAN

Matanya bulat, kulitnya pun bersisik. Tapi tunggu dulu, apa yang Anda lihat bukanlah seekor ular, melainkan bentuk kepompong sebelum bermetamorfosis menjadi kupu-kupu.

Ya, ini adalah Dynastor Darius atau kupu-kupu darius. Jenis serangga bersayap ini punya keterampilan sempurna dalam hal merubah penampilan. Saat menjadi kepompong, wujudnya hampir bisa dikatakan sangat mirip dengan ular, hewan karnivora yang siap menebar racun pada mangsanya yang lewat.

Normalnya, pada tahap menjadi kepompong, kupu-kupu darius ini akan menggantung di daun di hutan Trinidad selama 13 hari. Beruntungnya, hewan ini punya kemampuan “membodohi” pemangsanya melalui penampilannya yang nampak seperti ular. Sehingga ada banyak kemungkinan hewan ini untuk hidup lebih lama. Berikut foto lengkapnya.

Ayo Tebak, Hewan Apakah Ini?

Ayo Tebak, Hewan Apakah Ini?

Ayo Tebak, Hewan Apakah Ini?

Ayo Tebak, Hewan Apakah Ini?

Ayo Tebak, Hewan Apakah Ini?


Ombak di Pantai Ini Berbentuk Kotak

Ombak di Pantai Ini Berbentuk Kotak, Apa Penyebabnya?


    Berjalan-jalan di pantai mungkin menjadi idaman liburan Anda. Apalagi jika pantai tersebut memiliki ombak yang cukup tenang, pantai bersih dan putih, serta laut yang jernih. Stres bisa hilang begitu saja dari pikiran kita. Maka tidak heran, jika pantai masih menjadi tujuan favorit banyak wisatawan di seluruh dunia. Tetapi, ternyata tidak semua ombak di laut berbentuk seperti biasanya, apalagi jika Anda melihat ombak laut di pantai ini. 

     Anehnya, ombak di sini berbentuk kotak-kotak. Apa yang menyebabkannya seperti itu? Dan di mana kita bisa mengunjungi pantai ombak dengan ombak yang unik ini? Berikut penjelasannya. Pola aneh di laut ini terjadi karena dua gelombang di laut saling bertemu, di mana keduanya berlawanan arah. Gelombang laut yang berjalan selama ribuan kilometer ini, akhirnya bertemu di satu titik dan membuat fenomena aneh.

    Jika Anda ingin melihat pola ombak yang aneh ini, maka Anda harus berangkat ke Île de Ré di pesisir Prancis dekat La Rochelle. Ombaknya tidak tinggi, dan cenderung tenang. Jadi jika Anda ingin berada di tepi pantai masih aman. Bahkan jika Anda melihat dari ketinggian, maka sejauh mata memandang ombak berbentuk kotak-kotak ini akan terlihat sangat jauh. Cukup unik bukan.

Rabu, 12 Agustus 2015

KATAK PALING BERBISA DI DUNIA

KATAK INI PALING BERBISA DI DUNIA

Katak dari Neraka, Satu Gram Bisanya Mampu Bunuh 80 Manusia
Katak berbisa ini dipersenjatai dengan duri tulang berbisa di hidung, rahang dan punggung kepala mereka.

     Di belantara Brasil telah ditemukan katak dengan duri berbisa di kepala mereka. Bagi para ilmuwan, menemukan katak beracun adalah hal biasa. Namun kali ini mereka menemukan katak berbisa untuk pertama kalinya. Katak jenis ini tidak hanya mengeluarkan bisa, tetapi dipersenjatai dengan senjata yang dapat menembakkan bisa tersebut kepada korbannya.

     Salah satu peneliti, Carlos Jared dari Butantan Institute di Sao Paulo, terluka tangannya akibat dari duri berbisa di kepala katak Corythomantis greeningi, yang hidup di padang sabana di timur laut Brasil. "Rasanya sakit dan panas, menjalar ke lengan dan berlangsung selama lima jam," kata Edmund Brodie, rekan Jared. Brodie adalah seorang herpetologis di Utah State University di Logan. Awalnya Jared tak menghubungkan rasa sakitnya dengan katak yang dipegangnya. Dia baru menyadarinya bahwa katak yang baru dikoleksinya ternyata hewan amfibi yang mampu mengeluarkan bisa.

      Beruntung Jared hanya terkena bisa katak Corythomantis greeningi, karena spesies kedua, yakni Aparasphenodon brunoi, memiliki efek bisa mematikan dua kali lipat. "Bisa dari dua jenis katak tersebut mematikan dan kami berharap tidak pernah mengelaminya dalam jumlah besar," kata Brodie kepada Live Science dikutip Dream, Rabu 12 Agustus 2015.

     Begitu berbisanya, kedua katak tersebut mendapat julukan sebagai "katak dari neraka".
Satu gram bisa dari katak Aparasphenodon brunoi, menurut Jared dan Brodie, bisa membunuh lebih dari 300.000 tikus atau sekitar 80 manusia. Efek dari bisa katak jenis ini 25 kali mematikan dari ular beludak Bothrop Brasil.

     Sementara satu gram bisa dari katak Corythomantis greeningi mampu membunuh lebih dari 24.000 tikus atau sekitar enam manusia, dua kali mematikan dari jenis ular yang sama.
"Kekuatan toksisitas sekresi kulit mereka luar biasa, dan kami terkejut dengan itu," kata Brodie. "Hewan amfibi memiliki beragam kulit beracun yang telah dipelajari dengan baik, tapi mekanisme semacam ini -mengeluarkan racun sebagai bisa- tidak pernah ditemukan sebelumnya." Fakta baru tentang penelitian pertahanan hewan amfibi telah naik ke tingkat berikutnya. Dua katak berbisa ini dipersenjatai dengan duri tulang berbisa di hidung, rahang dan punggung kepala mereka.

      Katak-katak tersebut memiliki leher yang luar biasa fleksibel, dan ketika dipegang, mereka akan melepaskan bisa dari kelenjar kulit di sekitar duri tersebut. Mereka akan melenturkan kepala, menggosokkan punggung dan menusukkan duri terhadap apa pun yang memegang mereka. Meskipun para ilmuwan telah mengetahui tentang dua spesies katak ini selama beberapa dekade, sedikit yang diketahui tentang biologi mereka. Kedua hewan amfibi ini dikenal tidak memiliki predator, yang membuat temuan terbaru tentang bisa mereka menjadi masuk akal.

Para peneliti tidak yakin apakah dua katak tersebut kebal terhadap racun mereka sendiri. Tetapi kedua peneliti menduga kedua jenis katak itu kebal. Namun, mereka juga memperkirakan katak ini menggunakan racun hanya untuk membela diri dari predator, bukan membantu mereka untuk berburu mangsa.

Jared dan Brodie menjelaskan secara rinci temuan mereka ini secara online dalam jurnalCurrent Biology.

ILMUWAN INDONESIA CUMA DIBAYAR 1 JUTA

Nasib Pilu Ilmuwan Indonesia Cuma Dibayar Rp 1 Juta


Nasib Pilu Ilmuwan Indonesia Cuma Dibayar Rp 1 Juta
Ilustrasi
Bandingkan dengan peneliti di luar negeri yang bisa dibayar Rp 25 juta.
Masalah anggaran serta sistem birokrasi dituding memicu minimnya hasil penelitian serta teknologi terapan yang bisa dihasilkan Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT). Tak mau masalah berlarut, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengusulkan agar badan negara tersebut mengubah statusnya menjadi Badan Layanan Umum (BLU).

"Kami rancang BPPT jadi BLU saja, biar ada hasilnya. Kita harus kerja secara professional, makanya jadikan BLU saja, agar bisa berorientasi pada hasil," kata Jusuf Kalla di Jakarta, Senin, 10 Agustus 2015.

Dalam sistem BLU, sebuah lembaga akan memiliki otonomi dalam pengelolaan keuangannya. Dengan mekanisme ini, anggaran yang masuk ke sebuah lembaga tak perlu disetorkan ke negara, dan dapat langsung digunakan.

Kepala BPPT Unggul Priyanto mengakui, mekanisme pengelolaan dana dari pemerintah memang kerap membuat kinerja BPPT tak efisien. Selama ini BPPT menggunakan anggaran negara dari pos Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Setiap penggunaan dana mesti diajukan terlebih dahulu ke Kementerian Keuangan.

"Misalnya kita masukkan Juni, baru kita bisa dapatkan tiga atau empat bulan, itu pun suka telat," keluh Unggul. 

Berangkat dari persoalan-persoalan tersebut, Unggul menyambut baik usulan Wapres Jusuf Kalla yang disebutkan sudah disepakati Presiden. Unggul pun berharap, dalam waktu dekat BPPT sudah bisa disahkan sebagai badan yang berstatus BLU.

Lewat model BLU, Unggul yakin penghargaan atas kinerja para peneliti akan lebih baik. Selama ini, mereka hanya digaji sesuai standar Pegawai Negeri Sipil (PNS). Menurutnya, standar tersebut sering tidak sesuai dengan pekerjaan yang mereka tanggung.

"Jika sudah menjadi BLU, mekanisme pengelolaan keuangan kita seperti perusahaan saja. Misalnya kalau kita dapat order dari luar, uangnya itu bisa langsung dipakai dan staff penelitinya bisa dibayar dengan standar internasional," kata Unggul Priyanto.

"Standar PNS itu, peneliti dibayar maksimal Rp 1 juta. Kalau standar internasional bisa sampai Rp 25 juta," ungkapnya

Sebelum ada usulan tersebut, BPPT sudah memiliki satuan kerja yang berstatus BLU yakni Pusat Layanan Teknologi. Kini, dengan usulan Wapres tersebut ia bersiap untuk mengonversi lebih dari 20 satuan kerja yang ada di bawah BPPT menjadi BLU.

Reporter : Kurnia

Kamis, 06 Agustus 2015

PERSINGKAT MASA PANEN BAWANG, MAHASISWA FISIKA UNESA RAIH JUARA 1 IYIA

PENEMUAN MAHASISWA FISIKA UNESA SABET JUARA 1 IYIA


Surabaya—Sebagai negara agraris, Indonesia harus bersiap siaga dalam menghadapi MEA 2015. Indonesia perlu melakukan inovasi-inovasi agar tidak kalah bersaing. Salah satunya adalah inovasi terhadap penggunaan hormon ujung batang ipomoe batatas (Ubipotas). Hormon yang ditemukan pada ujung ketela rambat ini berfungsi untuk mempercepat masa tanam bawang merah.

“Hormon ini dapat mempercepat masa tumbuh dan tanam bawang merah. Kalau pada umumnya memerlukan waktu 3-4 bulan, tapi dengan menggunakan hormon ini bisa dipersingkat menjadi satu bulan. Kualitasnya pun relatif sama dengan yang tidak menggunakan hormon. Kami telah melakukan uji coba di Kabupaten Sidoarjo,” terang Mohammad Syukron Amrullah, salah satu anggota penemu Ubipotas ini.

Hasil temuan mahasiswa Jurusan Fisika FMIPA Unesa ini berhasil menyabet juara 1 di International Young Inventors Award (IYIA) tahun 2015. Dalam kompetisi yang diikuti oleh 13 negara di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), 7—8 Juni 2015 ini, Andrian Sjahmi Dewanto, Hanif Zahidin Ainur, Fifa Pransiska Indra Loseta, dan Mohammad Syukron Amrullah mengajukan karya ilmiah Ubipotas.

Adapun judul karya ilmiah yang juga merupakan nominasi dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) ini adalah Ubipotas (Ujung Batang Ipommoea Batatas) As Growth Catalyst Hormone And Organic Fertilizer On Onion To Face Asia Economic Community (AEC) 2015. Menurut Mohammad, hormon ini mengandung C-Organic, Giberelic Acid, dan Acidity.

Selain untuk bawang merah, Hanif Zahidin Ainur menambahkan, hormon ini juga berfungsi untuk jenis tanaman yang lain. Misalnya, belimbing. “Saya sudah mencoba menggunakan hormon ini untuk belimbing di rumah. Hasilnya sama, belimbing berbuah lebih cepat dibandingkan dengan tidak menggunakan hormon ini. Produktivitasnya pun meningkat hingga 2-3 kali lipat,” paparnya saat ditemui di ruang auditorium FMIPA. (Syaiful/Humas)