Dodo, Sang pengamen menjejak di kampus Kuning
Berangkat dari keluarga sederhana, Dzulfikar Akbar Cordova atau kerap disapa Dodo (21 tahun) berhasil duduk di bangku kuliah. Yang menggembirakan lagi, anak pertama dari tiga bersaudara ini berhasil masuk di salah satu perguruan tinggi negeri bergengsi, Universitas Indonesia, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Saat ujian, dia harus bersaing dengan ribuan siswa lain di seluruh Indonesia berasal dari berbagai sekolah.
"Saya hanya satu tahun belajar di Master karena saya masuk langsung kelas III. Pertama kali datang ke Depok dan masuk Master bulan Juli 2014," kata Dodo saat ditemui di Universitas Indonesia (UI) Depok, Rabu (29/7).
Selama merantau bersama Lukmanul Hakim (48 tahun) dan satu orang adiknya, Dodo bekerja serabutan buat tetap bertahan hidup. Segala macam pekerjaan digeluti. Mulai dari berjualan, mengamen, hingga menjadi kuli bangunan.
"Modalnya saya yakin dan percaya. Dan saya enggak bawa stres sebelum ujian," ucap Dodo.
Selama intensif belajar di UI, Dodo harus rela memangkas waktu mengamen. Namun, jika tidak sedang belajar, dia memilih menjajakan kemahirannya bernyanyi di angkot trayek Depok-Pasar Rebo atau Depok-Pasar Minggu. "Saya ngamen bareng adik. Kalau ayah saya enggak kerja lagi," jawab Dodo.
Pengalaman buruk saat mengamen sudah dirasakan Dodo. Pernah suatu waktu dia terjaring razia petugas. Hal itu terjadi sehari sebelum pengumuman Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri pada 9 Juli lalu.
"Saya kena razia Satpol PP di Pasar Rebo pada 8 Juli. Kemudian dioper ke Dinsos Cipayung. Saya di sana selama tiga hari. Jadi pas pengumuman saya lagi ada di dinsos," kenang Dodo.
reporter : Nur Fauziah