"DENGAN ILMU KITA BICARA, DENGAN TEKNOLOGI BANTU KITA UNGKAPKAN FAKTA"

Kamis, 30 Juli 2015

PENGAMEN YANG MAMPU MENEMBUS KAMPUS KUNING

Dodo, Sang pengamen menjejak di kampus Kuning

Dodo, sang pengamen menjejak di kampus kuning

Berangkat dari keluarga sederhana, Dzulfikar Akbar Cordova atau kerap disapa Dodo (21 tahun) berhasil duduk di bangku kuliah. Yang menggembirakan lagi, anak pertama dari tiga bersaudara ini berhasil masuk di salah satu perguruan tinggi negeri bergengsi, Universitas Indonesia, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Saat ujian, dia harus bersaing dengan ribuan siswa lain di seluruh Indonesia berasal dari berbagai sekolah.

Siapa sangka jika Dodo hanyalah siswa Sekolah Masjid Terminal (Master) yang merupakan sekolah terbuka di Depok. Berbeda dengan sekolah umumnya yang menjalani proses belajar intensif, Dodo justru belajar dalam waktu singkat.

"Saya hanya satu tahun belajar di Master karena saya masuk langsung kelas III. Pertama kali datang ke Depok dan masuk Master bulan Juli 2014," kata Dodo saat ditemui di Universitas Indonesia (UI) Depok, Rabu (29/7).

Ketika mengikuti ujian, Dodo mengaku sedikit khawatir karena saingan masuk ke kampus bergengsi itu sangat banyak. Namun, Dodo memiliki tekad membuat keyakinannya buat bisa tetap sekolah. Perjalanan hidupnya bukan tanpa rintangan. Dia sempat merantau ke Sumatera dan lama menetap di Lampung buat bisa bertahan hidup.

"Semua Sumatera hampir saya datangi. Tapi saya lama di Lampung," ujar Dodo.
Selama merantau bersama Lukmanul Hakim (48 tahun) dan satu orang adiknya, Dodo bekerja serabutan buat tetap bertahan hidup. Segala macam pekerjaan digeluti. Mulai dari berjualan, mengamen, hingga menjadi kuli bangunan.


"Yang penting bisa buat hidup kak. Tujuan saya dan keluarga merantau dari Bondowoso kan untuk memperbaiki hidup," lanjut Dodo.

Hidup di jalanan bukanlah hal baru bagi Dodo dan keluarga. Menjadi pengamen di angkutan kota (angkot) telah dilakoni sejak 2006. Saat itu usianya baru sebelas tahun. Niatannya bersekolah lagi muncul ketika membaca berita di sebuah media massa mengupas profil Sekolah Master.

"Saya merasa sekolah ini cocok untuk orang seperti saya. Saya minta izin ke bapak saya dan diperbolehkan," lanjut pria kelahiran 21 Juli 1994 itu.

Dodo lantas datang ke Sekolah Master pada Agustus 2014, dan langsung ditempatkan di kelas III. Kemudian, Dodo ikut seleksi program Intensif Master Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) pada dua bulan kemudian. Dalam kegiatan itu, Dodo dan enam rekannya dari Sekolah Master belajar intensif di Perpustakaan Fakultas Ekonomi UI, Depok.

"Kita dibimbing oleh kakak-kakak mentor dari UI," tambah Dodo.

Dodo juga kerap belajar di luar UI. Selepas mengamen, dia kembali belajar di rumah dikontrak bersama keluarganya. Pada 9 Juni, dia mengikuti seleksi ujian bersama.
"Modalnya saya yakin dan percaya. Dan saya enggak bawa stres sebelum ujian," ucap Dodo.

Selama intensif belajar di UI, Dodo harus rela memangkas waktu mengamen. Namun, jika tidak sedang belajar, dia memilih menjajakan kemahirannya bernyanyi di angkot trayek Depok-Pasar Rebo atau Depok-Pasar Minggu. "Saya ngamen bareng adik. Kalau ayah saya enggak kerja lagi," jawab Dodo.

Pengalaman buruk saat mengamen sudah dirasakan Dodo. Pernah suatu waktu dia terjaring razia petugas. Hal itu terjadi sehari sebelum pengumuman Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri pada 9 Juli lalu.

"Saya kena razia Satpol PP di Pasar Rebo pada 8 Juli. Kemudian dioper ke Dinsos Cipayung. Saya di sana selama tiga hari. Jadi pas pengumuman saya lagi ada di dinsos," kenang Dodo.

Perjuangan Dodo bersusah payah mencari nafkah dan menuntut ilmu akhirnya terbayar. Dia berhasil masuk kuliah di kampus kuning itu. Ini merupakan gambaran masih adanya semangat dari anak muda sederhana buat meraih cita-cita. Tak peduli latar belakangnya apa, Dodo patut menjadi salah satu teladan anak muda Indonesia.

reporter : Nur Fauziah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar