Pelajar Indonesia Juara Sains di Amerika
Ampas Tebu Jadi Teknologi
Penyaring Air dari Merkuri
Shinta Dewi dan
Hansen Hartono
Jakarta -
Masalah di lingkungan sekitar kerap memunculkan ide tak terduga. Demikian juga
yang dialami Shinta Dewi dan Hansen Hartono. Berawal dari keprihatinan melihat
kondisi sungai di daerah mereka, keduanya menciptakan teknologi penyaring
merkuri dari ampas tebu. Ya, tebu selain disaring untuk dijadikan gula rupanya
punya manfaat lain. Dua pelajar SMA Katolik Gembala Baik Pontianak, Kalimantan
Barat ini menemukan bahwa ampas tebu bisa menjadi alat penyaring kandungan
merkuri dan besi di air sungai.
Shinta dan Hansen gerah dengan kondisi sungai Mandor.
Sungai di dekat daerah mereka tinggal ini tercemar limbah merkuri dan besi
akibat penambangan emas liar. Padahal, dari sungai ini sumber air bersih untuk
warga didapat. "Awalnya kami study tour di kawasan Makam Juang
Mandor, trip school tempat bersejarah gitu. Melihat sungainya kok keruh,
cokelat. Padahal sungai itu masih dipakai warga masyarakat untuk mandi dan cuci
baju. Air minum dari PDAM yang dialirkan ke warga juga sumbernya dari sungai
itu," tutur Shinta usai presentasi di Kantor Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Senayan, Jakarta, Senin (18/5/2015).
Keduanya kemudian mulai melakukan penelitian di sekitar
sungai Mandor. Hasilnya, diketahui bahwa kandungan merkuri dan besi di sungai
Mandor sangat tinggi. Bahkan hampir sembilan kali lipat dari ambang batas aman
bagi kesehatan yang diatur oleh Kementerian Kesehatan. "Merkurinya 0.0095
ppm. Ambang batas menurut Permenkes 0.001 ppm dan menurut Environmental
Protection Agency 0.002 ppm," kata Shinta.
Di sisi lain, di depan sekolah mereka banyak penjual air
tebu yang meninggalkan banyak sekali ampas tebu. Berdasarkan informasi dari
berbagai literatur, diketahui bahwa ampas tebu punya kandungan karbon tinggi
mencapai 90%. Ini sangat potensial menjadi bahan baku karbon aktif. Dijelaskan
Shinta dan Hansen, ampas tebu memiliki pori-pori yang cukup lebar untuk
dijadikan sebagai alat penyaring limbah. Untuk memanfaatkannya, ampas tebu
dikarbonasi dengan metode pyrolysis.
Selanjutnya, ampas dipanaskan selama 6 jam sehingga menjadi
karbon aktif. Wujud baru dari ampas tebu ini kemudian digunakan untuk menyaring
limbah merkuri dan besi di sungai. "Ada dua cara, yang pertama ditempel di
kran air di rumah. Satu lagi yang lebih besar bisa dipakai di kran PDAM untuk
penyulingan air bersih yang mengalir ke rumah-rumah warga," jelas Hansen.
Dari hasil ujicoba, ampas tebu yang telah menjadi karbon
aktif efektif menghilangkan kandungan merkuri hingga 97% dan kandungan besi
96%. Namun yang lebih membanggakan, karya mereka juga ikut mengharumkan nama
Indonesia di kancah internasional. Judul karya ilmiah, 'Bagasse-Based
Activities Carbon as Effective Adsorbent for Heavy Metal Contamination from
Industrial Activities (Case Study: Gold Mining Area in Mandor River, West
Kalimantan), membawa mereka menjadi salah satu pemenang Intel International
Science and Engineering Fair 2015.
Selain mendapat kesempatan berbagi ide dan pengalaman
dengan pelajar dari berbagai negara di Pittsburg, Pennsylvania, Amerika
Serikat, keduanya juga diberi hadiah USD 500. Baik Shinta maupun Hansen
berharap penemuan mereka bisa dimanfaatkan tak hanya oleh warga sekitar tempat
mereka tinggal, tetapi juga dipakai secara meluas bagi yang memerlukan.
(SUMBER)
Oleh : Rahmatunisa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar