"DENGAN ILMU KITA BICARA, DENGAN TEKNOLOGI BANTU KITA UNGKAPKAN FAKTA"

Selasa, 19 Mei 2015

Pelajar Indonesia Juara Sains di Amerika

Pelajar Indonesia Juara Sains di Amerika
Ampas Tebu Jadi Teknologi Penyaring Air dari Merkuri

http://images.detik.com/content/2015/05/18/398/intelpis46.jpg
Shinta Dewi dan Hansen Hartono

Jakarta - Masalah di lingkungan sekitar kerap memunculkan ide tak terduga. Demikian juga yang dialami Shinta Dewi dan Hansen Hartono. Berawal dari keprihatinan melihat kondisi sungai di daerah mereka, keduanya menciptakan teknologi penyaring merkuri dari ampas tebu. Ya, tebu selain disaring untuk dijadikan gula rupanya punya manfaat lain. Dua pelajar SMA Katolik Gembala Baik Pontianak, Kalimantan Barat ini menemukan bahwa ampas tebu bisa menjadi alat penyaring kandungan merkuri dan besi di air sungai.

Shinta dan Hansen gerah dengan kondisi sungai Mandor. Sungai di dekat daerah mereka tinggal ini tercemar limbah merkuri dan besi akibat penambangan emas liar. Padahal, dari sungai ini sumber air bersih untuk warga didapat. "Awalnya kami study tour di kawasan Makam Juang Mandor, trip school tempat bersejarah gitu. Melihat sungainya kok keruh, cokelat. Padahal sungai itu masih dipakai warga masyarakat untuk mandi dan cuci baju. Air minum dari PDAM yang dialirkan ke warga juga sumbernya dari sungai itu," tutur Shinta usai presentasi di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senayan, Jakarta, Senin (18/5/2015).

Keduanya kemudian mulai melakukan penelitian di sekitar sungai Mandor. Hasilnya, diketahui bahwa kandungan merkuri‎ dan besi di sungai Mandor sangat tinggi. Bahkan hampir sembilan kali lipat dari ambang batas aman bagi kesehatan yang diatur oleh Kementerian Kesehatan. "Merkurinya 0.0095 ppm. Ambang batas menurut Permenkes 0.001 ppm dan menurut Environmental Protection Agency 0.002 ppm," kata Shinta.

Di sisi lain, di depan sekolah mereka banyak penjual air tebu yang meninggalkan banyak sekali ampas tebu. Berdasarkan informasi dari berbagai literatur, diketahui bahwa ampas tebu punya kandungan karbon tinggi mencapai 90%. Ini sangat potensial menjadi bahan baku karbon aktif. Dijelaskan Shinta dan Hansen, ampas tebu memiliki pori-pori yang cukup lebar untuk dijadikan sebagai alat penyaring limbah. Untuk memanfaatkannya, ampas tebu dikarbonasi dengan metode pyrolysis.

Selanjutnya, ampas dipanaskan selama 6 jam sehingga menjadi karbon aktif. Wujud baru dari ampas tebu ini kemudian digunakan untuk menyaring limbah merkuri dan besi di sungai. "Ada dua cara, yang pertama ditempel di kran air di rumah. Satu lagi yang lebih besar bisa dipakai di kran PDAM untuk penyulingan air bersih yang mengalir ke rumah-rumah warga," jelas Hansen.

Dari hasil ujicoba, ampas tebu yang telah menjadi karbon aktif efektif menghilangkan kandungan merkuri hingga 97% dan kandungan besi 96%. Namun yang lebih membanggakan, karya mereka juga ikut mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Judul karya ilmiah, 'Bagasse-Based Activities Carbon as Effective Adsorbent for Heavy Metal Contamination from Industrial Activities (Case Study: Gold Mining Area in Mandor River, West Kalimantan), membawa mereka menjadi salah satu pemenang Intel International Science and Engineering Fair 2015.

Selain mendapat kesempatan berbagi ide dan pengalaman dengan pelajar dari berbagai negara di Pittsburg, Pennsylvania, Amerika Serikat, keduanya juga diberi hadiah USD 500. Baik Shinta maupun Hansen berharap penemuan mereka bisa dimanfaatkan tak hanya oleh warga sekitar tempat mereka tinggal, tetapi juga dipakai secara meluas bagi yang memerlukan.


Oleh : Rahmatunisa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar